Selasa, 23 Oktober 2018

Sumpah Pemuda Bagi Generasi Z

Karya tulis by Kyra Diva Anjani

Sebentar lagi hari sumpah pemuda yaitu tanggal 28 Oktober. Hari dimana para pemuda bersatu padu mempersatukan bangsa dari sabang hingga merauke. Satu pemuda dapat melawan 10 para tetua bayangkan jika ribuan pemuda bersatu membangun bangsa, dapat di pastikan bangsa ini dapat menjadi bangsa yang lebih maju dan berdaulat

Generasi era sekarang adalah generasi emas atau generasi Z yg di bekali berbagai teknologi yang menopangnya. Ditambah dengan teknologi dapat di pastikan kemajuan bangsa dapat terjamin jika ada kemauan dari para pemudanya.

Mari renungkanlah bahwa perjuangan para penuda terdahulu harus di lanjutkan karna untuk apa mereka berjuang? Jika hanya disia siakan oleh kita. Contoh kesia siaan itu adalah bermalas-malasan, berbuat kenakalan, dan melakukan hal hal yang memupuskan waktu kita. Bayangkan tetes darah dan keringat yang tercucur dari badan para pejuang, dan kita hanya menjadi hal itu adalah hal yang percuma.

Oleh karena itu, marilah kita para pemuda berpikir dan bertekad melakukan sesuatu untuk melanjutkan perjuangan mereka. Dari hal hal kecil dahulu maka dapat memberikan dampak yang besar. Gunakanlah pikiran, raga, dan pelengkap kita dengan maksimal.

Agar Bumi Pertiwi kita ini dapat menjulang tinggi dan menjadi Indonesia yang lebig bersatu padu.

Selamat Hari Sumpah Pemuda!

-28 Oktober 2018

Selasa, 02 Oktober 2018

Sepatu

Ada berbagai merk sepatu
Sepatu ada berbagai warna
Me ji ku hi bi ni u
Ujung tali sepatu namanya aglet
Sepatu dibutuhkan banyak orang
Tanpa sepatu kita berjalan dengan barefoot
Literally kita kepanasan
Which is kaki kita terluka seperti hati
Sepatu...
Kau sering di sepelekan
Orang memandangmu hanya sebagai pijakan
Yang hanya bisa diinjak dan di perlakukan semaunya
Padahal...
Kamu mempunyai hak yg sama untuk diperlakukan dengan baik
Marilah kita menjaga sepatu kita
Oh sepatu...

Batik

Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.[1] Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober2009.

Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa, "ambhatik" dari kata "amba" berarti lebar, luas, kain; dan "titik" berarti titik atau "matik" (kata kerja dalam bahasa Jawa berarti membuat titik) dan kemudian berkembang menjadi istilah batik, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. Batik juga mempunyai pengertian segala sesuatu yang berhubungan dengan membuat titik-titik tertentu pada kain mori. Dalam bahasa Jawa, batik ditulis dengan "bathik", mengacu pada huruf Jawa "tha" yang menunjukan bahwa batik adalah rangkaian dari titik-titik yang membentuk gambaran tertentu. Batik sangat identik dengan suatu tehnik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelodoran. Salah satu ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain yang menggunakan proses pemalaman, yaitu menggoreskan malam (lilin) yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap. Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata "Batik" akan tetapi seharusnya "Bathik". Hal ini mengacu pada huruf Jawa "tha" bukan "ta" dan pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.